MAKALAH FARMASETIKA
SEDIAAN SALEP DAN PERHITUNGAN DOSIS
OLEH:
Mardia Hayati 51402A0072
Nanang Hidayat 51402A0073
Ni Nyoman Mira Mentari 51402A0074
Agus Putra 51402A0075
Rian Ardiansyah 51402A0076
Sumentari indah 51402A0077
Madinatussyariah 51402A0078
PROGRAM STUDI DIII FARMASI FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN AJARAN
2014/2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
atas kelimpahan rahmat dan hidayahnya kami akhirnya telah menyelesaikan makalah
yang bertemakan : SEDIAAN SALEP DAN PERHITUNGAN DOSIS.
Kami juga sangat berterimakasih atas kerjasama di dalam
kelompok, kita menjadi semakin dekat dan mengeahui satu sama lainnya, kami
sangat-sangat berterimakasih kepada semua pihak yang bersangkutan dalam
pembuatan makalah ini.
Sebagai farmasis kita harus mengetahui tentang berbagai macam
sediaan-sediaan obat yang nanti akan di praktikan di lapangan. Dalam makalah
ini kami mendiskusikan tentang salah satu sediaannya yaitu sediaan salep.
Di dalam ilmu kefarmasian juga kita harus mengetahui berbagai
kebutuhan dosis yang akan di gunakan oleh masyarakat karena itulah di dalam
makalah ini kami membahas juga tentang perhitungan dosis yang akan di gunakan
nanti.
DAFTAR ISI
Halaman judul.....................................................................................................
i
Kata
pengantar...................................................................................................
ii
Daftar Isi
...........................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Salep.........................................................................................................2
B. Dosis.........................................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN
A. Peraturan dalam pembuatan sediaan
salep..............................................2
B. Penggolongan sediaan salep......................................................................3
C. Dasar pembuatan
salep.............................................................................4
D. Cara pembuatan salep di tinjau dari
zat utama.........................................5
E. Macam dosis..............................................................................................8
F. Perhitungan
dosis......................................................................................9
BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan........................................................................................................12
BAB V
HASIL DISKUSI
Pertanyaan dan
jawaban...................................................................................13
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salep merupakan suatu sediaan yang
pemakaiannya di bagian luar pada tubuh atau di oleskan pada bagian kulit yang
terkena penyakit, salep biasanya berbentuk semi padat atau padat.
dosis merupakan suatu takaran
dalam seberapa obat yang perlu di gunakan untuk pemakainya atau sang pasien,
cara mengetahui dosis biasanya dengan cara melihat umur sang pasien atau
mengetahui berat atau bobot pasien.
B. Rumusan masalah
1. Apakah ada peraturan untuk pembuatan
sediaan salep?
2. Apa saja penggolongan sediaan salep?
3. Apa saja dasar pembuatan salep?
4. Bagaimana cara pembuatan salep di
tinjau dari zat utamanya?
5. Apa saja macam-macam dosis?
6. Bagaimana perhitungan dosis?
C. TUJUAN
Mengetahui tentang :
1. Peraturan dalam pembuatan sediaan
salep
2. Penggolongan sediaan salep
3. Dasar pembuatan salep
4. Cara pembuatan salep di tinjau dari
zat utama
5. Macam dosis
6. Perhitungan dosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SALEP
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen ke dalam dasar salep yang
cocok.
(kutipan dari Ilmu Resep oleh Drs. H. A. Syamsuni, Apt. Hal 63)
B. Dosis
Kecuali dinyatakan lain, yang
dimaksud dosis adalah dosis maksimum
dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal.
Selain dosis maksimum dikenal juga
dosis lazim. Dalam FI ed. III tercantum dosis
lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang merupakan takaran petunjuk yang
tidak mengikat.
Dosis atau
takaran suatu obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau
diberikan kepada seseorang penderita untuk obat dalam maupun obat luar.
(kutipan dari Ilmu Resep oleh Drs. H. A. Syamsuni, Apt. Hal 33)
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERATURAN DALAM PEMBUATAN SEDIAAN
SALEP
Peraturan pembuatan sediaan salep
menurut F. Van Duin
1. Peraturan
salep pertama
Zat-Zat yg dapat larut dalam campuran
lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2. peraturan
salep ke dua
Bahan-bahan yang larut dalam air,jika
tidak ada peraturan yang lain ,di larutkan lebih dahulu dalam air, asalkan
jumlah air yg dipergunakan dapat diserap seluruh nya oleh basis salep dan
jumlah air yg di pakai, dikurangi dari basis salep nya.
3. Peraturan salep ke tiga
Bahan –bahan yg sukmar atau hanya sebagian
dapat larut dalam lemak dan air harus di serbukan lebih dahulu, kemudian diayak
dengan pengayak NO.60
4. Peraturan
salep ke empat
Salep-salep yg di buat dengan jalan
mencairkan , campuran nya harus di gerus sampai dingin” bahan-bahan yg ikut di
lebur, penimbangannya juga harus dilebihkan 10-20 % untuk mencegah kekurangan
bobot nya.
Peraturan
salep pada Farmakope Indonesia III
1. Pe
merian: tidak boleh berbau tengik.
2. Kadar:
kecuali di nyatakan lain dan untuk salep yg mengandung obat keras atau obat
narkotik, kadar bahan obat adlh 10%
3. Dasar
salep (ds): kecuali di nyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (Basis salep)
Digunakan vaselin putih (vaselin album) . tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep , dapat di pilih beberapa bahan dasar salep
sebagai berikut.
a. Ds.
Senyawa hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kuning (vaselin
flavum), malam putih (cera album) ,
malam kuning (cera flavum) atau campuran nya.
b. Ds.
Serap : lemak bulu domba (adeps lanae) ,
campuran 3 bagian kolestrol, 3 bagian sterial-alkohol, 8 bagian malam
putih dan 86 bagian vaselin putih ,
canpuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
c. Ds.
Yg dapat di cuci dengan air atau Ds.
Emulsi misalnya emulsi minyak dalam air
(M/A).
d. Ds.
Yg dapat larut dalam air , misalnya PEG atau campuran nya.
4. Homogenitas:
jika di oleskan padA sekeping kaca atau bahan transparan lain yg cocok, harus
menunjukan susunan homogen
5. Penandaan:
pada etiket harus tertera “obat luar”.
B. PENGGOLONGAN
SEDIAAN SALEP
1. menurut konsistensinya salep dapat di bagi :
a. Unguenta:
salep yg mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasA
tetapi mudah di oleskan tanpa memakai
tenaga.
b. Cream
(krim): salep yg banyak mengandung air,
mudah di serap kulit, suatu tipe yg dapat di cuci dengan air.
c. Pasta:
salep yg mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) , suatu salep
tebal, karna merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yg di olesi.
d. Cerata:
salep berlemak yg mengandung persentase
lilin (wax) yg tinggi sehingga konsistensi nya
lebih keras (ceratun labiale).
e. Gelones/
spumae/jelly: salep yang lebih halus ,umumnya cair dan sedikit mengandung atau
tampa mukosa ,sebai pelicin atau basis,biasanya terdiri atas campuran sederhana
dari minyak dan lemak dengan titik lebur renda.
Contoh:starch
jellies(10% amilum dengan air mendidih)
2. Menurut sifat farmakologi /terapeutik
dan penetrasinya salep di bagi:
a) Salep epidermis ( epidermic ointment;
salep penutup ) guna melindungi kulit menghasilkan efek lokal,tidak diabsorpsi,kadang-kadang di tambahkan
antiseptik ,astringensia untuk meredakan rangsangan atau anestesi lokal Ds yang baik adalah ds.
Senyawa hidrokarbon
b) Salep endodermis: salep yang bahan
obatnya menembus kedalam kulit, tetapi tidak melalui kulit ,terabsorpsi
sebagai, di gunakan untuk melunakan kulit atau selaput lendir. Ds yang terbaik
adalah minyak lemak.
c) Salep diadermis :salep yang bahan
obatnya yang menembus kedalam tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang di
inginkan,misalnya salep yang mengandung senyawa merkuri iodida,beladona
3. menurut dasar salepnya ,salep dapat
di bagi:
a) Salep hidrofobik yaitu salep yang
tidak suka air atau salep dengan dasar salep berlemak(gerasy bases ) tidak
dapat dicuci dengan air ;misalnya: campuran lemak,minyak lemak,malam.
b) Salep
hidrofilip yaitu salep yang suka
air atau kuat menarik air,biasanya ds.tipe M/A
4. Menurut formularium nasional (fornas
):
a) Dasar salep 1 (ds.senya hidrokarbon )
b) Dasar salep 2 (ds.serap )
c) Dasar salep 3 (ds.yang dapat dicuci
dengan air atau ds.emulsi M/A )
d) Dasar salep 4 (ds.yang dapat larut
dalam air )
C. DASAR
PEMBUATAN SALEP
Berdasarkan komposisi dasar salep
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Dasar salep hidrokarbon, yaitu
terdiri antara lain:
·
Vaselin
putih
·
Vaselin
kuning
·
Campuran
vaselin dengan Malam putih, Malam Kuning
·
Parafin
encer
·
Parafin
padat
·
Jelene
·
Minyak
tumbuh-tumbuhan
2. Dasar salep serap, yaitu dapat
menyerap air terdiri antara lain:
·
Adeps
Lanae, Lanoline
·
Unguentum
simplex
Campuran 30 bagian malam
kuning dan 70 bagian minyak wijen
·
Hydrophilic
Petrolatum
3. Dasar salep dapat dicuci dengan air,
yaitu terdiri dari:
·
Dasar
salep emulsi tipe M/A, seperti Vanishing cream
·
emulsifying ointment B.P.
·
hydrophilic
ointment, dibuat dari minyak mineral, stearylalcohol, Myrj 52 (emulgator tipe
(M/A), Aquadest
4. Dasar salep yang dapat larut dalam
air, yaitu terdiri anatara lain PEG atau campuran PEG
·
Polyethylenegylcol ointment USP
·
Tragacanth
·
P.G.A
D. CARA PEMBUATAN SALEP DITINJAU DARI
ZAT UTAMA
1. zat
padat
a. zat padat dan larutan dalam dasar salep
1) Comphorae
a) dilarutkan dalam dasar salep yang sudah
dicairkan di dalam poata saleep tertutup ( jika tidak dilampaui daya larutnya)
b) Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol.
Sesami),camphorae dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut.
c) Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau
zat lain yang terdapat mencair jika dicampur ( karena penurunan titik
eutektik), camphorae dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan dasar
salepnya.
d) Jika compharae
ditetesi lebih dahulu dengan eter atau alcohol 95%, kemudian digerus
dengan dasar salepnya.
2) Pellidol
a) larut 3% dalam dasar salep, pelllidol di
larutkan
bersama-sama ddengan dasar
salepnya yang di cairkan (jika dasar salep
disaring, pellidol ikut disaring tetapi jangan lupa harus di tambahkan
pada penimbangannya sebanyak 20%)
b) jika pellidol ditambahkan melebihi daya
larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang sudah dicairkan
3)
lodum
a)
jika kelarutannya tidak
dilampaui, kerjakan seperti pada camphoare
b)
larutkan dalam larutan pekat
KI atauu NAL (seperti pda uguentum lodii dari Ph. Belanda V)
c)
ditetesi dengan etanol 95%
sampai larut, baru ditambahkan dasar salepnya
b.
zat padat larut dalam air
1) protargol
a) taburkan di atas air, diamkan ditempat gelap
selama seperempat jam sampai larut
b) jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan
gliserin tersebut, baru ditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu seperempat
lagi karena dengan adanya gliserin, protargol mudah larut
2) colargol
Dikerjakan seperti
protargol
3) Argentum
Nitrat
Walaupun larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karena akan
meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O,
kecuali pada resep obat wasir
AgNO3
+ H2O HNO3 +
AgOH
4) Fenol/fenol
Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi
dalam salep tidak di larutkan karena akan menimbulkan rangsangan atau
mengiritasi kulit dan juga tidak boleh diganti dengan phenol liquifactum(campuran
fenol dan air 77-81,5% FI ed.III).
c. bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak
boleh dilarutkan dalam air, yaitu:
-argentum nitrat -stibii et kalii tartars
-fenol -oleum
iocoris aselli
-hydrargyri bichloridum -zink sulfat
-chrysarobin -antibiotik
(misalnya pe-nicillin)
-pirogalol -chloretum
auripo natrico
d. Bahan yang ditambahkan terahir pada suatu massa
salep.
1) Ichtyol
Jika ditambahkan pada massa salep yang masih
panas atau digerus terlalu lama, akan terjadi pemisahan
2) balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap
Balsem merupakan campuran damar dan minyak
mudah menguap; jika digerus terlalu lama,damarnya akan keluar.
3) Air
Ditambahkan terahir karena berfungsi sebagai
pendingin, di samping itu, untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
4) Gliserin
Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang
dingin, karena tidak bisa bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang
mencair dan harus ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap
oleh dasar salep
5) marmer album
Dimasukkan terahir karena dibutuhkan dalam
bentuk kasar, yang akan memberikan pengaruh percobaan pada kulit.
e. zat padat tidak larut dalam air
umumnya dibuat serbuk halus lebih dahulu,
misalnya
1) Belerang (tidak boleh diayak).
2) Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum).
3) Oxydum zincicum(diayak dengan ayakan
No.100/B40).
4) Marmer album(diayak dengan ayakan No.25/B10).
5) veratrin (digerus dengan minyak, karena jika di
gerus tersendiri akan menimbulkan bersin).
2. Zat cair
a. sebagai pelarut bahan obat
1) Air
a) terjadi reaksi
contohnya , jika aqua calcis bercampur dengan
minyak lemak akan terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya adalah dengan
diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam sebuah botol bersama
dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan lainnya.
b) tak terjadi reaksi
-jumlah sedikit: teteskan terahir sedikit demi
sedikit
-jumlah banyak: diuapkan atau diambil bahan
berkhasiatnya saja dan berat airnya diganti dengan dasar salepnya
2) Spiritus/etanol/alcohol
a) jumlah sedikit: teteskan terahir sedikit demi
sedikit
b) jumlah banyak
- tahan panas: tinct. Ratanhiae, panaskan
diatas tangas air sampai sekental sirop atau sepertiga bagian
- tak tahan panas
- diketahuiperbandingannya, maka diambil bagian-bagiannya saja, misalnya tinct.iodii
- tak diketahui perbandingannya, teteskan terahir sedikit demi sedikit
- jika dasar salep lebih dari 1 (satu) macam, harus diperhitungkan menurut perbandingan dasar salepnya
- tak tahan panas
- diketahuiperbandingannya, maka diambil bagian-bagiannya saja, misalnya tinct.iodii
- tak diketahui perbandingannya, teteskan terahir sedikit demi sedikit
- jika dasar salep lebih dari 1 (satu) macam, harus diperhitungkan menurut perbandingan dasar salepnya
3) cairan kental
Umumnya
dimasukkan sedikit demi sedikit.
Contohnya:
gliserin, pix lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.
3.
bahan berupa akstrak/extractum
a.
extractum siccum/kering
Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air dapat dikurangkan dari dasar salepnya.
Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air dapat dikurangkan dari dasar salepnya.
b.
extractumspissum/kental
diencerkan dahulu dengan air atau etanol.
diencerkan dahulu dengan air atau etanol.
c.
extractumliquidum
dikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus
dikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus
4.
bahan-bahan lain
a.
hydrargyrum
Gerus ddengan
adeps lanae dalam lumping dingin, sampai halus (<20 µg) atau gunakanresep standar,
misalnya : Unguentum hydrargyri (Ph.Belanda V) yang mengandung 30 % dan
Unguentum hydrargyri fortio (C.M.N) mengandung 50 %.
b.
Naphtolum
dapat larut
dalam sapo kalicus, larutkaan dalam sapo tersebut. Jika tidak ada sapo,
dikerjakan seperti Camphorae. Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.
c.
Bentonit
serbuk halus
yang dengan air akan membentuk massa seeperti salep. Senyawa ini adalah
alumunium silikat yang mengikat air. Cara yang baik untuk membuat ini adalah
dengan menambahkan sedikit demi sedikit
ke dalam air hangat (direndam dalam air ± 1 jam). Salep bentonit dengan air
tidak tahan lama,karena itu perlu ditambahkan lemak agar tidak memisah airnya.
E. MACAM DOSIS
1. dosis terapi: suatu takaran obat yang
diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan penderita.
2. dosis minimum: suatu takaran obat terkecil
yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi
pada penderita.
3. dosis maksimum (DM): suatu takaran
obat terbesar yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan keacunan pada penderita.
4. dosis letal: takaran obat dalam
keadaan biasa dapat menyebabkan kematian pada penderita.
5. L.D 50: takaran yang menyebebkan
kematian pad 50%hewan percobaan
6. L.D 100: takaran yang menyebabkan
kematian pada 100% hewan percobaan.
7. dosis toksis: suatu takaran obat yang
dalam keadaan biasa dapat menyebabkan keracunan pada penderita.
F. PERHITUNGAN DOSIS
1. daftar dosis maksimum menurut FI ed. III digunakan untuk orang dewasa yang
berusia 20-60 tahun dengan bobot badan 58-60 kg.
2. untuk orang lanjut usiadan keadaanfisiknya
sudah mulai menurun, pemberian dosis harus lebih kecil dari dosismaksimum.
- 60-70 tahun 4/5 dosis dewasa
-70-80 tahun ¾ dosis dewasa
-80-90 tahun 2/3 dosis dewasa
-90 tahun keatas ½ dosis dewasa
3. untuk wanita hamil yang peka terhadap
obat-obatan sebaiknya dosis diberikan dalam jumlah yang lebih kecil. Bahkan
untuk beberapa obat yang dapat mengakibatkan abortus dan kelainan janin obat
ini dilarang untuk wanita hamil juga menyusui karena obat dapat diserap oleh
bayinya melalui ASI.
4. untuk anak-anak dibawah 20 tahun diperlukan
perhitungan khusus, karena respons tubuh anak atau bayi terhadap obat tidak
dapat disamakan dengan orang dewasa.
5. memilih dan menetapkan dosis memang tidak
mudah karena harus memperhatikan beberapa factor, yaitu:
a. penderita: usia, bobot badan, jenis
kelamin, luas permukaan tubuh, toleransi, habituasi, adiksi dan sensitivitas,
kondisi penderita.
b. obat: sifat kimia/fisika obat, sifat
farmakokinetiknya (ADME), jenis obat
c. penyakit: sifat dan jenis penyakit,
kasus penyakit
Aturan pokok perhitungan dosis untuk anak tidak ada sehingga
para pakar mencoba untuk membuat perhitungan berdasarkan usia, bobot badan, dan
luas permukaantubuh (body surface area)
6. perhitungan dosis berdasarkan usia:
a. rumus young:
dosis dewasa
(n dalam tahun untuk anak
usia dibawah 8 tahun)
b. rumus fried:
dosis dewasa
(n dalam bulan)
c. rumus dilling:
(n dalam tahun untuk
anak diatas 8 tahun)
d. rumus cowling:
(n adalah usia dalam
satuan tahun yang digenapkan ke atas)
e. rumus gaubius:
berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa, seperti
0-1 tahun =1/12
x dosis dewasa
1-2 tahun =1/8
x dosis dewasa
2-3 tahun =1/6
x dosis dewasa
3-4 tahun =1/4
x dosis dewasa
4-7 tahun =1/3
x dosis dewasa
7-14 tahun =1/2
x dosis dewasa
14-20 tahun =2/3
x dosis dewasa
21-60 tahun =dosis
dewasa
f.rumus bastedo:
(n adalah usia anak
dalam tahun)
7. perhitungan dosis berdasarkan bobot
badan:
a. Rumus clark (amerika):
b. rumus thremich – fier (jerman):
x dosis dewasa
c. rumus black (belanda):
x dosis dewasa
d. rumus juncker & glaubius: % x dosis dewasa
(paduan usia dan bobot badan).
8. perhitungan dosis berdasarkan luas
permukaan tubuh:
a. dari kumpulan farmakologi UI th.1968
x dosis
dewasa
b. rumus catzel:
x 100 x dosis dewasa
9. ada 3 macam bahan yang mempunyai DM untuk
obat luar:
a. naftol, guaiakol, kreosot ــــ untuk kulit
b. sublimat ــــ untuk mata
c. iodoform ــــ untuk obat kompres
10.
Dosis
maksimum gabunggan harus dihitung jika dalam satu resep terdapat dua obat atau
lebih yang kerjanya searah tersebut, baik sekali maupun sehari
Misalnya: Atropin
pinsulpat dengan ekster. Beladonae
Pulpis opii dengan pulvis
overi
Kofein dengan Aminofilin
Arsen rioxide dengan natrii
arsenas
11.
dosis
dengan pemakian bedasarkan jam.
a. Menurut fi ed III satu hari di hitung 24
jam sehingga pemakian sehari di hitung : 24/n kali; n = selang waktu pemberian.
Misalnya, s.o.t.h (tiap
3 jam): 24/3 kali = 8 kali sehrari
semalam
b. Menurut van duin
pemakian sehari
dihitung untuk 16 jam, kecuali antibiotic di hitung sehari semalam 24 jam.
Untuk contoh yang sama, pemaikian sehari dihitung sebagai berikut: (16/3+1) x
=(5,3+1) kali = 6,3 kali, di bulatkan menjadi 7 kali sehari semalam.
12.
Dosis
maksimum untuk larutan yang menggandung sirup dalam jumlah besar (lebih dari
16,67% atau 1/6 bagian), bobot jenis (BJ) larutan itu dihitung 1,3 sehingga
berat larutan tida sama dengan volume larutan.
BAB IV
KESIMPULAN
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Salep mempunyai banyak bentuk dan golongan sesuai dasar dan
kosistensi dari sifat bahan utamanya. Salep juga mempunyai aturan-aturan yang
menyesuaikan dengan bahan dasar dari salep tersebut seperti tidak noleh berbau
tengik, mempunyai kadar, dan mempunyai dasar-dasar tertentu.
Dosis merupakan banyak suatu obat yang dapat di berikan kepada pasien.
Dosis sangatlah penting untuk pemakaian suatu obat. Dosis juga mempunyai ketentuan
dalam pemakaiannya. Dosis untuk dewasa dan anak-anak di bagi dengan
golongan-golongan dan mempunyai perhitungan tersendiri untuk memperkuat dalam
ketentuannya.
BAB V
HASIL DISKUSI
1. Pertanyaan : Dewi Wahyuni Novita Sari
/ Kelompok II
Mengapa persediaan dosis salep memiliki basis? Coba jelaskan dan apa yang
dimaksud dengan album putih?
Jawaban : Nanang Hidayat
White petrolatum adalah petrolatum yang dihilangkan warnanya hanya
berbeda dalam hal tidak berwarna dari petrolatum dan digunakan untuk tujuan
yang sama, sinonim white petrolatum dalam dagang white vaseline digunakan
sacara tunggal ataudalam campuran dengan zat lain sebagai dasar salep.
2. Pertanyaan : Ainun Muslim / Kelompok V
Apa yang di maksud dengan obat yang larut dalam air tapi tidak di
larutkan?
Jawaban : Ni Nyoman Mira Mentari
Bukan tidak di larutkan dalam air,
tetapi tidak boleh di larutkan dalam air karena dapat menyebabkan efek samping
yang berbahaya bagi penggunanya, contohnya : fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak di larutkan
karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit.
3. Pertanyaan : Wahyu Safitri A.N.S /
Kelompok III
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penentuan dosis dan rezimen pada
dosis?
Jawaban : Mardia Hayati
Faktor yang mempengaruhi penenuan dosis adalah
·
Umur
·
Bobot
badan
·
Luas
permukaan tubuh
·
Jenis
kelamin
·
Status
patologi
·
Toleransi
·
Waktu
pemakaian
4. Pertanyaan : Ali Ridho Husein /
Kelompok I
Apakah ada perbedaan dalam metode ini perhitungan dosis berdasarkan usia
dan bobot berat badan? Metode mana yang lebih praktis?
Jawaban : Ryan Ardiansyah
Perbedaannya yaitu metode usia dilihat dari umur atau usia pasien,
sedangkan metode bobot badan dilihat dari berat badan pasien. Metode yang
paling akurat biasanya dengan bobot badan karena biasanya usia dari seseorang
tidak sebanding berat badannya ada anak yang usia 1 tahun tetapi mempunyai
kurang atau lebih berat badan dari usia anak seumurannya.
5. Pertanyaan : Wawan Darmansyah /
Kelompok V
Apa yang dimaksud dengan dasar salep?
Jawaban : Agus Putra
kecuali di nyatakan lain, sebagai
bahan dasar salep (Basis salep) Digunakan vaselin putih (vaselin album) .
tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep
6. Pertanyaan : Mila Yuni Andreani
jelaskan salep tentang epidermis,
daidermis dan indodermis?
Jawaban : Sumentari Indah
a) Salep epidermis ( epidermic ointment;
salep penutup ) guna melindungi kulit menghasilkan efek lokal,tidak diabsorpsi,kadang-kadang di tambahkan
antiseptik ,astringensia untuk meredakan rangsangan atau anestesi lokal Ds yang baik adalah ds.
Senyawa hidrokarbon
b) Salep endodermis: salep yang bahan
obatnya menembus kedalam kulit, tetapi tidak melalui kulit ,terabsorpsi
sebagai, di gunakan untuk melunakan kulit atau selaput lendir. Ds yang terbaik
adalah minyak lemak.
c) Salep diadermis :salep yang bahan
obatnya yang menembus kedalam tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang di
inginkan,misalnya salep yang mengandung senyawa merkuri iodida,beladone
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar